BMKG Kembali Peringatkan Gempa Megathrust di Indonesia
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kembali mengingatkan gempa megatrust yang akan mengguncang Indonesia. Gempa yang berskala besar dan memicu tsunami itu terjadi di dua megathrust.
BMKG menyebut ada kekhawatiran dari ilmuwan Indonesia terhadap Megathrust Selat Sunda M 8.7 dan Megathrust Mentawai-Suberut M 8.9. Pasalnya, dua megathrust tersebut sudah lama tidak melepaskan energi besarnya.
Gempa Megathrust di Indonesia Tinggal Tunggu Waktu
Gempa Megathrust di Indonesia Tinggal Tunggu Waktu
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan, ada kekhawatiran terhadap Seismic Gap Megathrust Selat Sunda M 8.7 dan Megathrust Mentawai-Suberut M 8.9. Pasalnya, zona sumber gempa potensial, namun belum mengalami gempa besar dalam kurun waktu ratusan tahun lalu.
"Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikata 'tinggal menunggu waktu', karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar," jelas Daryono dalam keterangannya, Selasa (13/8/2024).
Dalam rilisnya, BMKG menyebut ada kekhawatiran dari ilmuwan Indonesia terhadap Megathrust Selat Sunda M 8.7 dan Megathrust Mentawai-Suberut M 8.9. Pasalnya, dua megathrust tersebut sudah lama tidak melepaskan energi besarnya.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan, ada kekhawatiran terhadap Seismic Gap Megathrust Selat Sunda M 8.7 dan Megathrust Mentawai-Suberut M 8.9. Pasalnya, zona sumber gempa potensial, namun belum mengalami gempa besar dalam kurun waktu ratusan tahun lalu.
Dalam Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017 disebutkan, segmen Megathrust Mentawai-Suberut dan Megathrust Selat Sunda terakhir kali gempa lebih dari ratusan tahun lalu. Megathrust Selat Sunda sepanjang 280 km, lebar 200 km, dan pergeseran (slip rate) 4 cm per tahun.
Megathrust Selat Sunda tercatat pernah 'pecah' pada 1699 dan 1780 dengan M 8.5. Sementara MegathrustMentawai-Siberut yang mempunyai panjang 200 km dan lebar 200 km, serta slip rate 4 cm per tahun, pernah gempa M 8.7 pada 1797 dan M 8.9 pada 1833.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan, ada kekhawatiran terhadap Seismic Gap Megathrust Selat Sunda M 8.7 dan Megathrust Mentawai-Suberut M 8.9. Pasalnya, zona sumber gempa potensial, namun belum mengalami gempa besar dalam kurun waktu ratusan tahun lalu.
Dalam Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017 disebutkan, segmen Megathrust Mentawai-Suberut dan Megathrust Selat Sunda terakhir kali gempa lebih dari ratusan tahun lalu. Megathrust Selat Sunda sepanjang 280 km, lebar 200 km, dan pergeseran (slip rate) 4 cm per tahun.
Megathrust Selat Sunda tercatat pernah 'pecah' pada 1699 dan 1780 dengan M 8.5. Sementara MegathrustMentawai-Siberut yang mempunyai panjang 200 km dan lebar 200 km, serta slip rate 4 cm per tahun, pernah gempa M 8.7 pada 1797 dan M 8.9 pada 1833.
0 Komentar